Nata

Pagi hari indah mewarnai hidup Nata, karena hari ini awal masuk SMA baginya. Nata membayangkan bagaimana menyenangkannya hari ini, Bertemu teman baru, guru-guru baru, dan suasana baru.
Hari adalah pengarahan MOS di SMA yang akan dimasuki oleh Nata. Sampai di depan gerbang sekolah, terlihat banyak anak dengan seragam SMP dari berbagai sekolah. Dengan perasaaan deg-degan, Nata memasuki gerbang. Nata celingak-celinguk mencari teman satu SMP, akhirnya dia bertemu dengan Fira dan Dira.
“Fir,Dir!Sini!” Panggil Nata.
Fira dan Dira langsung menghampiri Nata sambil tersenyum.
“Lo masuk kelas mana?” Tanya Nata pada Fira dan Dira.
“Gue masuk di kelas X5.” Jawab Dira.
“Gue masuk di X6. lo dimana Nat?” Kata Fira sambil memandang sekelilingnya.
“Nggak tau! Manknya pengumumannya ada dimana?” Tanya Nata.
“Di dalem tuh! Pojok, deket ma Lab IPA.” Kata Dira sambil menunjuk ke arah dimana banyak anak-anak sedang berkerumun.
“Harus ya sekarang kesana??” Jawab Nata dengan malas, karena papan pengumuman itu sangant ramai.
“Ya iyalah!Manknya lo mau baris di kelas yang salah ntar?” Kata Dira.
“Pasti kita nggak sekelas..” Kata Nata sedih.
Tanpa bicara apapun, Dira dan Fira mendorong Nata dan memaksanya untuk melihat papan pengumuman. Nata akhirnya terpaksa memasuki kerumunan anak-anak itu. Dengan perjuangan keras, akhirnya Nata bisa sampai tepat di depan papan pengumuman, belum sempat ia mencari namanya, tiba-tiba bel sudah berbunyi, dan 2 kakak kelas yang terlihat galak sudah menyuruh semua anak baru berbaris sesuai dengan kelasnya masing-masing.
Nata langsung kalang kabut mencari namanya di tiap kelas, untung saja akhirnya dia menemukan namanya di kelas X4. Nata langsung mencari barisan kelas X4 dan berdiri paling belakang.
Barisan semua disiapkan oleh kakak kelas yang bertindak sebagai pemimpin upacara. Lalu ada kata sambutan dari kepala sekolah dan perkenalan Pembina MOS. Saat upacara akan selesai, tiba-tiba terjadi keributan di belakang barisan. Nata menengok dan melihat kakak kelas yang sedang menghukum seorang cowok.
“Push up tu yang bener!Makanya laen kali jangan terlambat!Sekarang tangannya di kepel sambil push up!itung yang keras!” Bentak kakak kelas pada cowok yang sudah berkeringat.
‘Uh, pasti bau banget tu badannya!’ Kata Nata dalam hati.
Nata tidak mmeperdulikan lagi kejadian itu, ia mengikuti teman-teman sekelasnya ke kelas. ‘Kalo di pikir-pikir kasian juga sih tu cowok!’ kata Nata dalam hati.
“Ini kelas kalian, kalian duduknya jangan sama temen dari satu SMP donk! Biar tambah akrab, duduknya sama yang laen SMPnya.” Kata kakak Pembina MOS.
Mulailah kelas ribut dengan pertanyaan ‘Lo dari SMP mana?’ dan bila berbeda SMP, mereka akan langsung tukar tempat duduk. Nata hanya diam, karena memamng tak akan ada yang satu sekolah dengannya di kelas ini.
Tapi tak ada yang menanyakan asal sekolah Nata, Nata jadi merasa lega. Jadi dia tidak perlu susah-susah untuk berkenalan. Setelah sudah selesai rebut untuk tukar tempat duduk, kakak Pembina itu memperkenalkan diri.
“Udah semua ya!Ok!Gue sama temen gue mau ngenalin diri. Nama gue Intan dari 3IPA2, terus nama kakak ganteng yang lagi duduk itu namanya Rino dari 2IPA1. Selama MOS, kita berdua yang bakal ngendampingin kalian. Sekarang kalian memperkenalkan diri kalian di depan kelas.”
Satu persatu semua memperkenalkan diri. Ini yang paling di benci Nata, dia paling tidak suka berdiri di depan kelas. Saat gilirannya maju, dengan malas Nata berdiri tanpa tersenyum.
“Hai, nama gue Natalia Anggreni, asal dari SMP Dwipa. Hm..gue biasa di pang…”
“Sory kak, saya terlambat!” Kata cowok itu dengan nafas tersengal-sengal.
‘Ni cowok datang disaat yang nggak tepat!’ gerutu Nata.
“Dari mana lo?Lama banget datengnya!” Kata Kak Rino.
“Tadi habis push up, disuruh hormat di depan tinag bendera.”
‘Ayo donk!cepet!Bisa nggak sih jangan ngurusin tu cowok dulu!’ Kata Nata dalam hati.
Akhirnya cowok itu di suruh menunggu didepan kelas. Dan Nata melanjutkan perkenalannya.
“Lo lanjutin perkenalannya.” Kata Kak Intan.
“Panggilan gue Nata.” Kata Nata.
Nata kembali ketempat duduknya dengan perasaan kesal.
“Sekarang giliran lo!” Kata Kak Rino, menyuruh cowok itu.
“Nama gue Nico Saputra, asal gue dari SMP 41. panggilan gue Nico.”
“Lo boleh duduk.” Kata kak Rino.
“Dimana gue duduk?” Tanya Nico sambil celingukan mencari temapt duduk.
“itu ada bangku yang kosong di samping Nata.” Kata Kak Rino sambil menujuk bangku disebelah Nata.
Nico berjalan dengan cepat dan menghempaskan badannya di bangku kosong itu. Nata hanya diam saja dan terus memperhatikan Kak Intan yang sedang menjelaskan tentang apa saja yang harus di buat dan di bawa saat MOS besok.
Nata mencatat semuanya, dan sesekali menatap Nico disampingnya yang sama sekali tidak mencatat apapun.
‘Ni cowok punya kapasitas otak seberapa besar sih?!Sampe nggak nyatet perlengkapan sebanyak itu!’ Kata Nata sambil mengerutkan kening.
Selesai penjelaskan, barulah Nico berbicara pada Nata.
“Eh, boleh tau no HP lo nggak?”
“Buat apa?!”
“Tadi gue kan nggak nyatet, lagian gue juga nggak bawa buku. Jadi ntar gue nanya lo. Boleh kan?”
“Kenapa nggak lo catet di HP?”
“Males!Boleh ya!” Kata Nico dengan wajah memohon.
Nata berpikir sejenak, ‘Kesan pertama jangan jutek Nat!Ntar lo ditakutin anak-anak, terus nggak punya temen deh!’ kata Nata dalam hati.
“Iya udah!Ni catet 08569754657.”
“Tenges ya!Bae dah!”

Tak berapa lama bel berbunyi, tanda istirahat. Nata langsung keluar dan menghampiri kedua temannya, Fira dan Dira.
“Gimana, Nat??Dah dapet temen belum??” Tanya Fira.
“Jangan ngomongin tu dulu deh!kekantin dulu yuk!beli cemilan.” Ajak Nata.
Mereka bertiga berjalan menuju Kantin, diantara mereka hanya Dira yang laki-laki. Dari sekolah mereka, hanya mereka yang masuk ke SMA 34. Fira dengan wajahnya yang cantik, kulit yang putih dan badan yang tinggi pasti sudah banyak yang mendekati dan naksir. Dira dengan otaknya yang cemerlang namun mudah bergaul pasti sudah mendapatkan teman.
Nata dengan wajah yang terlihat jutek jika diam, otak pas-pasan, dan tidak mudah bergaul dan tidak percaya diri merasa akan sulit mendapat teman. Dengan sifat yang tidak bisa berubah itu, Nata hanya bisa menghela nafas, dan menunggu sampai ada yang mau mengajak berkenlan lebih dulu.
Sampai di kantin yang sangat ramai, Nata merasa asing berada disana. Mereka bertiga mencari tempat duduk yang kosong. Tiba-tiba Fira menarik tangan Nata dan mengajaknya duduk di tempat paling pojok di ikuti oleh Dira.
“Mau makan apa lo,Nat?” Tanya Dira.
“Makan apa ya??”
“Buruan!ntar keburu masuk!”
“Makan mie aja deh!”
“Yaudah gue pesenin, lo jagain tempat duduknya ya!” Kata Dira meningglkan Nata dan Fira.
“Lo nggak makan Fir?” Tanya Nata.
“Nggak. Lagi nggak laper.”
Tak berapa lama, Dira kembali dengan dua cup popmie dan 2 aqua gelas yang berada di dalam kantong plastic.
“Ni kesukaan lo!”
“Tau aja lo!”
“Tau dari mantan lo tuh!” Kata Dira.
Nata menghela nafas panjang jika mengingat mentannya dulu. Aldi namanya, siswa kelas 1 SMA di sekolahnya saat dia masih kelas 3 SMP. Mereka hanya pacaran dari awal Nata kelas 3 SMP sampai Nata lulus. Aldi yang memutuskan untuk tidak pacaran lagi dengan Nata. Alasannya Aldi tak bisa pacaran dengan backstreet terus. Apalgi bila sudah lain sekolah. Pasti akan sulit bertemu. Ditambah lagi Nata selalu di antar jemput oleh orang tuanya. Nata menerima keputusan itu. Walaupun berat untuknya, padahal, Nata berncana unutk memberitahukan pada orangtuanya tentang hubungannya dengan Aldi setelah lulus SMP.
Ingatan Nata kembali pada bulan November tahun lalu. Saat itu hari natal, Nata sebagai panitia natal di sekolahnya, sibuk menyiapkan acara natal. Sudah 3 hari ini Nata dan teman-teman panitia lain sibuk mendekorasi aula agar tampak bagus saat acara natal nanti. Acara ini natal tahun ini di gabung dengan SMA, jadi ada beberapa anak SMA juga yang membantu.
Saat itulah Nata bertemu dengan Aldi. Nata tak bisa ingat lagi bagaimana Aldi bisa menjdai pacarnya dan bagaimana mereka menjalani hari-hari disekolah, Nata tidak ingin mengingat itu semua.
Lamunan Nata berhenti saat bel masuk berbunyi. Semua siswa di kantin, berdesakkan untuk keluar kantin. Tapi seperti biasa, Nata menunggu anggak sepi, baru dia, Fira dan Dira berjalan. Nata tidak suka keramaian. Nata lebih suka mnyendiri. Saat melewati kamar mandi cowok didekat tangga, Nata bertabrakan dengan Nico dan menumpahkan es tehnya ke celana Nico.
“Kalo jalan ati-ati donk!” Bentak Nico pada Nata.
Nata yang tidak sengaja membasahi celana Nico dengan es teh langsung diam karena kesal. Tanpa sengaja Nata melihat retsleting celana Nico yang masih terbuka. Wajah Nata langsung merah dan ia membuang muka.
“Harusnya lo yang lebih merhatiin celana lo yang belum ketutup itu!” Kata Nata sambil berlalu dari situ.
Nico langsung melihat celanannya yang basah, ternyata benar retsletingnya belum dinaikan. Beberapa anak cewek yang melihat itu tertawa. Salah satu teman Nico keluar dari kamar mandi dan tertawa terbaha-bahak melihat celana Nico yang basah, seperti orang ngompol.
“Woi!Lo malu-maluin aja!Udah SMA masa masih kencing di celana!Mau di bantuin buka celana ya ma gue??” Kata Daril sambil tertawa dan merangkul sahabatnya.
“Sialan lo!tu anak yang duduk sebelah gue tadi yang numpahin air ke celana gue!” kata Nico kesal.
“Yang mukanya jutek itu?” Tanya Daril.
“Iya!bukan Cuma mukanya yang jutek, tapi kelakuannya juga nyebelin!” Kata Nico sambil mengipas-ngipas celananya dengan tangan.
Nata lelah setelah menjalani hari ini yang penuh dengan pengarahan dan seminar-seminar, apalagi Nata belum mendapat teman sama sekali. Jadi tak ada yang bisa diajak ngobrol saat bosan. Saat pulang sekolah Nata menunggu ayahnya di depan gerbang sekolah. Nata berdiri sambil memainkan kerikil dengan sepatunya.
“Woi!jangan nunduk aja!ntar kesambet lho!”
Nata kenal suara itu. Suara Nico, sejak insiden es teh itu, Nico selalu mengganggu Nata. Mungkin karena Nico kesal sudah di permalukan oleh Nata.
“STW lo!” Kata Nata kesal.
“Ha? STW??”
“Sok Tau maksud gue!”
“Koq belum pulang?Belum di jemput ya?”
“Tu lo tau!
“yaudah, gue duluan ya!” kata Nico sambil melajukan motornya, meningglkan Nata.
Tak berapa lama, Ayah Nata datang. Nata senang jika ayahnya menjemput lebih cepat sebelum ia pulang. Tapi ayahnya tak pernah sepeti itu, selalu Nata yang menunggu. Ingin rasanya Nata cepat-cepat menyetir mobil sendiri.